Sabtu, 09 Agustus 2008

LARANGAN ISBAL BAGI LAKI-LAKI

LARANGAN ISBAL BAGI LAKI-LAKI

Disusun oleh: Muslim Atsari

Sesungguhnya agama Islam mengatur kehidupan manusia dalam semua sisi kehidupannya, sehingga akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Demikian juga dalam masalah pakaian, agama Islam juga membuat aturan-aturan. Salah satu larangan agama yang berkaitan dengan pakaian adalah isbal bagi laki-laki. Karena banyak orang yang belum mengerti atau memahami larangan ini, maka di sini kami akan menyampaikan keterangan tentangnya, semoga bermanfaat.

1- Makna Isbal.

Isbal secara bahasa: artinya: menurunkan, melepaskan, dll.

Yang dimaksudkan di sini adalah: memanjangkan pakaian (sarung, celana panjang, baju, dll) sehingga menutupi mata kaki.

2- Hukum Isbal Yang Disertai Kesombongan.

Isbal dengan disertai kesombongan hukumnya harom dengan kesepakatan ulama. Di antara dalilnya adalah:

1) Firman Alloh:

وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ اْلأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS. Al-Isra’ (17): 37)

Ayat ini menunjukkan haromnya kesombongan, baik dengan isbal maupun tidak.

2) Ancaman terhadap orang yang menyeret pakaiannya dengan sebab sombong.

Rasululloh bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا

Alloh tidak akan melihat orang yang menyeret pakaiannya dengan sebab sombong. (HR.Bukhori, no: 5788; Muslim, no: 2087; dari Abu Huroiroh. Riyadhus Sholihin, no: 792))

3- Hukum Isbal Tanpa Kesombongan

Ulama berselisih tentang hukum isbal bagi laki-laki tanpa disertai kesombongan. Haram atau tidak? Pendapat yang lebih kuat, hukumnya juga harom, berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:

1. Ancaman isbal secara umum.

Rasululloh bersabda:

مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ

Sarung yang di bawah mata kaki di dalam neraka.

(HR.Bukhori, no: 5787; Nasai 8/207, dari Abu Huroiroh. Riyadhus Sholihin, no: 793)

Di dalam hadits ini Nabi n tidak membedakan antara isbal dengan kesombongan atau tidak, sehingga ancaman di dalam hadits ini umum, mengenai semuanya.

2. Isbal termasuk kesombongan.

Rasululloh bersabda kepada Jabir bin Sulaim:

وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ

Angkatlah sarungmu sampai pertengahan betis, jika engkau enggan maka sampai kedua mata kaki. Janganlah engkau mengisbal sarung, karena sesungguhnya itu termasuk kesombongan. Dan Alloh tidak menyintai kesombongan. (HR.Abu Dawud, no: 4084, dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani)

3. Sifat sarung orang mukmin adalah pertengahan betis.

Rasululloh bersabda:

إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلَا حَرَجَ أَوْ لَا جُنَاحَ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِن َ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِي النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ

Keadaan sarung seorang muslim sampai pertengahan betis, dan tidak dosa antaranya dengan kedua mata kaki. Apa yang di bawah mata kaki, maka itu di dalam neraka. Dan barangsiapa menyeret sarungnya dengan kesombongan, Alloh tidak akan melihatnya. (HR.Abu Dawud, no: 4093; Ibnu Majah, no: 3573; dari Abu Sa’id Al-Khudri. Dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani, lihat Ash-Shohihah, 2017. Riyadhus Sholihin, no: 799)

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَسْفَلِ عَضَلَةِ سَاقِي أَوْ سَاقِهِ فَقَالَ هَذَا مَوْضِعُ الْإِزَارِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبَيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبَيْتَ فَلَا حَقَّ لِلْإِزَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ

Dari Hudzaifah, dia berkata: “Rasululloh memegang sebelah bawah daging betisku (atau betisnya), lalu bersabda: “Ini tempat sarung, jika engkau enggan maka lebih bawah, jika engkau enggan maka lebih bawah, jika engkau enggan maka tidak ada hak untuk sarung pada kedua mata kaki”. (HR.Ibnu Majah, no: 3572; Nasai 8/206. Dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani, lihat: Ash-Shohihah, no: 1765, 2366)

4. Alloh tidak mencintai musbil (orang yang berbuat isbal).

Rasululloh bersabda kepada Sufyan bin Sahl:

لاَ تُسْبِلْ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمُسْبِلِينَ

Janganlah engkau melakukan isbal, karena sesungguhnya Alloh tidak menyintai orang-orang yang melakukan isbal. (HR.Ibnu Majah, no:3574, dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani, lihat Ash-Shohihah, no 2862)

5. Perintah Nabi untuk menaikkan sarung, sedangkan hukum asal perintah adalah wajib.

Ibnu Umar berkata:

مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي إِزَارِي اسْتِرْخَاءٌ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ ارْفَعْ إِزَارَكَ فَرَفَعْتُهُ ثُمَّ قَالَ زِدْ فَزِدْتُ فَمَا زِلْتُ أَتَحَرَّاهَا بَعْدُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ إِلَى أَيْنَ فَقَالَ أَنْصَافِ السَّاقَيْنِ

“Aku melewati Rasululloh, sedangkan sarungku turun, maka beliau bersabda: “Wahai Abdulloh, angkatlah sarungmu!”, maka aku mengangkatnya. Lalu beliau bersabda; “Tambahlah!” Maka aku menambahkan. Setelah itu aku selalu menjaganya.” Sebagian orang bertanya: “Sampai mana?” Ibnu Umar berkata: “Pertengahan betis”. (HR. Muslim, no: 2086. Riyadhus Sholihin, no: 800)

Pada riwayat Ahmad disebutkan bahwa Zaid bin Aslam berkata: bahwa Ibnu Umar bercerita: Bahwa Nabi melihatnya memakai sarung baru, beliau bertanya:

مَنْ هَذَا فَقُلْتُ أَنَا عَبْدُ اللَّهِ فَقَالَ إِنْ كُنْتَ عَبْدَ اللَّهِ فَارْفَعْ إِزَارَكَ قَالَ فَرَفَعْتُهُ قَالَ زِدْ قَالَ فَرَفَعْتُهُ حَتَّى بَلَغَ نِصْفَ السَّاقِ قَالَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ مِنْ الْخُيَلَاءِ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّهُ يَسْتَرْخِي إِزَارِي أَحْيَانًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسْتَ مِنْهُمْ

“Siapa ini?” Aku menjawab: “Abdulloh”. Beliau bersabda: “Jika engkau Abdulloh, maka angkatlah sarungmu!”, maka aku mengangkatnya. Lalu beliau bersabda; “Tambahlah!” Maka aku menaikkannya sehingga sampai pertengahan betis”. Kemudian beliau menoleh kepada Abu Bakar sambil bersabda: “Barangsiapa menyeret pakaiannya dengan sebab sombong, Alloh tidak akan melihatnya pada hari kiamat”. Lalu Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya terkadang sarungku turun”. Maka Nabi bersabda: “Engkau tidak termasuk mereka”. (HR. Ahmad, no: 6056)

6. Isbal termasu isrof (melewati batas) (Fathul Bari 10/318)

Rasululloh bersabda:

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَةٍ

Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bershodaqohlah, dengan tanpa melewati batas dan kesombongan. (HR. Bukhori secara mu’allaq; Abu Dawud Ath-Thoyalisi dan Al-Harist bin Abi Usamah dalam Musnad keduanya; Ibnu Abi Dunya dalam kitab Asy-Syukr; dan At-Tirmidzi; Lihat Fathul Bari, kitab; Libas)

7. Isbal termasuk tasyabbuh (menyerupai) pakaian wanita.

Ketika Rasululloh menyebutkan tentang isbal pada sarung, maka Ummu Salamah bertanya:

فَالْمَرْأَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُرْخِي شِبْرًا قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ إِذًا يَنْكَشِفُ عَنْهَا قَالَ فَذِرَاعًا لَا تَزِيدُ عَلَيْهِ

Bagaimana wanita wahai Rasululloh?, Beliau menjawab: “Wanita menurunkan sejengkal”. Ummu Salamah berkata: “Kalau begitu (telapak kakinya) terbuka”. Beliau bersabda: “Kalau begitu sehasta, dia tidak boleh menambah lagi”. (HR. Abu Dawud, Nasai, dll)

8. Isbal tidak aman dari barang najis.

Ketika kholifah Umar ditikam saat sholat subuh, sehingga beliau sakit parah dan dibawa ke rumahnya. Beliau diberi minum sari buah, lalu minuman itu keluar lewat perutnya, lalu diberi minum susu, lalu susu itu juga keluar lewat perutnya. Maka orang-orangpun mengetahui bahwa beliau akan wafat. Banyak orang datang memuji beliau. Lalu datanglah seorang pemuda yang menghibur dan memuji berbagai keutamaan Umar. Ketika pemuda itu berpaling, ternyata sarung pemuda itu menyentuh tanah. Umar memerintahkan agar orang-orang mengembalikan anak itu kepada beliau, lalu berkata:

يَا ابْنَ أَخِي ارْفَعْ ثَوْبَكَ فَإِنَّهُ أَبْقَى لِثَوْبِكَ وَأَتْقَى لِرَبِّكَ

Wahai anak saudaraku, angkatlah pakaianmu, itu lebih awet untuk pakaianmu, dan lebih taqwa kepada Robbmu. (HR. Bukhori, no: 3700)

9. Tidak isbal karena meneladani Nabi

Sahabat Ubaid bin Kholid Al-Muharibi berkata:

إِنِّي لَبِسُوقِ ذِي الْمَجَازِ عَلَيَّ بُرْدَةٌ لِي مَلْحَاءُ أَسْحَبُهَا قَالَ فَطَعَنَنِي رَجُلٌ بِمِخْصَرَةٍ فَقَالَ ارْفَعْ إِزَارَكَ فَإِنَّهُ أَبْقَى وَأَنْقَى فَنَظَرْتُ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرْتُ فَإِذَا إِزَارُهُ إِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ

Aku berada di pasar Dzil Majaz mengenakan burdah bergaris-garis hitam dan putih milikku, aku menyeretnya. Lalu seorang laki-laki menekanku dengan tongkatnya, sambil berkata: “Angkatlah sarungmu, itu lebih awet dan lebih bersih. (Tidakkah padaku terdapat teladan bagimu?)”. Lalu aku memandang, ternyata dia adalah Rasululloh, lalu aku memandang ternyata sarung beliau sampai pertengahan kedua betis beliau. (HR. Ahmad, no:22007; tambahan dalam kurung riwayat Tirmidzi dalam Asy-Syamail)

Kesimpulan: Dari penjelasan di atas, jelas bahwa isbal hukumnya haram bagi laki-laki, jika disertai kesombongan maka dosanya lebih besar dan ancamannya lebih berat. Al-hamdulillah Robbil ‘Alamin.

Tidak ada komentar:

 

Design by Free Islamic Blogger Template for Pancaran Cahaya Sunnah: LARANGAN ISBAL BAGI LAKI-LAKI