Sabtu, 09 Agustus 2008

KAEDAH-KAEDAH IBADAH YANG BENAR

KAEDAH-KAEDAH IBADAH YANG BENAR

Disusun oleh: Muslim Atsari

Sesungguhnya kemuliaan hamba adalah dengan beribadah kepada Alloh semata, tanpa menyekutukanNya dengan sesuatu apapun juga. Semakin seorang hamba menambah ketundukan dan peribadahan kepada Penciptanya, maka semakin bertambah pula kesempurnaannya dan derajatnya.

Ibadah adalah hak Alloh yang menjadi kewajiban hamba, dan kebaikannya akan kembali kepada hamba itu sendiri. Karena sesungguhnya Alloh tidak membutuhkan hambaNya.

Hamba tidak mungkin mengetahui cara beribadah kepada Alloh dengan benar hanya dengan akal dan perasaannya. Maka Alloh mengutus Rosul-RosulNya dan menurunkan kitab-kitanNya untuk memberikan petunjukNya.

Alloh berfirman:

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى {124}

Maka jika datang kepada kamu (manusia) petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaha (20):123)

Ibadah yang benar kepada Alloh dibangun di atas dasar-dasar atau kaedah-kaedah yang kokoh. Inilah ringkasan kaedah-kaedah tersebut:

1- Ibadah adalah tauqiifiyah.

Maknanya tidak melakukan ibadah kecuali dengan yang diperintahkan atau dituntunkan, berdasarkan wahyu Alloh Ta’ala. Karena sesungguhnya akal semata-mata tidak dapat menjangkau perincian masalah ibadah.

Alloh berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيٌر {112}

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 11:112)

Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa beribadah harus mengikuti perintah Alloh dan tidak boleh melewati batas.

2- Ibadah harus dilakukan dengan ikhlas, bersih dari noda-noda syirik.

Yaitu ibadah itu dilakukan semata-mata mencari ridho Alloh Ta’ala, mengharap rohmatNya dan takut terhadap siksaNya.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلَ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Sesungguhnya Allah tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni untukNya dan untuk mencari wajahNya. (HR. Nasai, no: 3140. Lihat: Silsilah Ash-Shohihah, no: 52; Ahkamul Janaiz, hal: 63)

Jika ibadah itu dicampuri syirik, maka syirik itu menggugurkan ibadah tersebut, berapapun banyaknya ibadah itu!

Alloh berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ {65}

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar (39):65)

3- Ibadah harus meneladani Nabi Muhammad n (mutaba’ah).

Alloh berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا {21}

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri teladan yang baik bagi kamu (umat Islam, yaitu) bagi orang yang mengharap (rohmat) Allah dan (pahala) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh. (QS. Al-Ahzab (33):21)

Maka siapapun yang beribadah dengan tidak mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wassalam, maka ibadah itu tertolak.

Nabi sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami (agama) ini, apa-apa yang bukan padanya, maka urusan itu tertolak. (HR. Bukhari no: 2697; Muslim no: 1718)

4- Ibadah yang telah ditetapkan: sebab, jenis, kadar, cara, waktu, dan tempatnya, wajib dilakukan sebagaimana yang dituntunkan. Tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan tersebut.

Contoh: Alloh telah menentukan waktu-waktu ibadah sholat, maka tidak boleh melakukan di luar ketentuan. Alloh Ta’ala berfirman:

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا {103}

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). (QS. An-nisa’ (4):103)

5- Ibadah harus dilakukan dengan dasar kecintaan, berharap rohmat Alloh, takut siksaNya dan disertai ketundukan dan pengangungan kepada Alloh.

Ketika Alloh memuji Nabi Zakaria sekeluarga, Dia berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَ رَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ {90}

Sesungguhnya mereka (Nabi Zakaria sekeluarga) adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami. (QS. Al-Anbiya’ (21): 90)

6- Kewajiban ibadah tidak gugur dari hamba, semenjak baligh sampai meninggal dunia.

Alloh Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ {102}

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali-‘Imron (3):102)

Manusia yang paling tinggi derajatnya di sisi Alloh, yaitu Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wassalam, berkewajiban beribadah sampai wafat, maka orang-orang yang derajatnya di bawah beliau lebih wajib untuk beribadah kepada Alloh sampai matinya.

Alloh Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ {99}

Dan beribadahlah kepada Robbmu (Penguasamu) sampai al-yaqiin (kematian) datang kepadamu (QS. Al-Hijr (15):99)

Para ulama ahli tafsir bersepakat bahwa makna al-yaqiin di dalam ayat ini maknanya adalah kematian. Hal ini seperti firman Alloh pada ayat lain, yang memberitakan pertanyaan penduduk sorga kepada penduduk neraka:

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ{42} قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ {43} وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ {44} وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَآئِضِينَ {45} وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ {46} حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ {47}

Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka) Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami al-yaqiin (kematian)". (QS. Al-Muddatstsir (74): 42-47)

Setelah kita mengetahui hal ini, maka ketahuilah bahwa anggapan “kewajiban beribadah kepada Alloh dengan syari’at Nabi Muhammad” gugur pada orang yang telah mencapai hakekat atau ma’rifat, merupakan anggapan yang bertentangan dengan Al-Qur’an, Al-Hadits dan kesepakatan umat Islam semenjak dahulu.

Inilah 6 kaedah penting berkaitan masalah ibadah, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

 

Design by Free Islamic Blogger Template for Pancaran Cahaya Sunnah: KAEDAH-KAEDAH IBADAH YANG BENAR