Rabu, 30 Juli 2008

Audio: Ilmu Syar’i Penangkal Aliran Sesat

Judul: Ilmu Syar’i Penangkal Aliran Sesat
Pengisi: Syaikh Husain bin Audah Al-Awaysyah (Yordania)
Penterjemah: Ustad Ali Nur
Lokasi: Masjid Agung Medan
Waktu: 14 Februari 2008 / 7 Safar 1429 H
Durasi: 1:23:23
Ukuran: 10007 KB
Download: silaturrahmi3-2008.mp3

Materi:

Satu fakta yang tidak bisa dibantah bahwa maraknya kemunculan beragam aliran sesat di negeri kita ini dan tidak sedikit pula orang-orang awam yang terjerat menjadi pengikutnya adalah disebabkan oleh jauhnya kita dari kukuatan ilmu syari’at. Benarnya pemahaman tentang ilmu syari’at sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah pada masyarakat kaum muslimin merupakan benteng terkuat untuk menangkal beragam pemikiran dan dakwah menyimpang yang disebarkan oleh aliran sesat yang akhir-akhir ini marak muncul.

Berangkat dari realita ini, maka tema “Ilmu Syar’i Pengkal Aliran Sesat” pada acara Silaturrahmi Akbar III - 2008 di Masjid Agung - Medan menunjukkan bahwa ilmu syari’at adalah sangat penting untuk kembali menjadi perhatian kita semua.

Senin, 14 Juli 2008

BAHAYA TAQLID BUTA

Setiap muslim wajib mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah di dalam kitabNya dan mengikuti Rasul-Nya di dalam Sunnahnya. Orang yang tidak ridha mengikuti apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, tidaklah dinamakan muslim.

Allah Y berfirman:

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nur : 51)

Sesungguhnya agama yang dibangun orang-orang Jahiliyah bukanlah atas dasar ilmu yang datang dengannya para rosul, akan tetapi mereka membangun atas dasar-dasar yang diada-adakan dari diri mereka sendiri dan nenek moyang serta tidak mau berpindah dari keyakinannya itu, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

Dan Demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". Surat Az-Zukhruf : 23

Dalam ayat ini menjelaskan ketidak butuhanya mereka terhadap para rasul yang utus oleh Allah Y, akan tetapi lebih cenderung mengikuti nenek moyang mereka .

Perbuatan mereka inilah yang dikenal dengan Taqlid buta, yaitu mengikuti seseorang tanpa mengetahui dari mana sumber perkataannya dan tidak dengan dasar ilmu serta yang tidak layak untuk diikuti .

Oleh karena itulah Allah Y menceritakan orang-orang Jahiliyah dalam firman-Nya :

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". Surat Al-Baqoroh : 170.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun tentang kelompok yahudi , Rasulullah r mengajak mereka untuk masuk islam , lalu mereka menjawab : “"(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami" Kemudian turunlah ayat ini. Lihat Tafsir Thobari 3/305 dan Misbahul Munir Fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir karya kumpulan para ulama yang diketuai Syekh Shofiyurahman Mubarakfuri.hal 123.

Syekh Abdurahman bin Nashir As-Sa’di- Rohimahullah- berkata : Allah Y menerangkan keadaan orang-orang musyrik tatkala diperintahkan untuk mengikuti apa yang Allah Y turunkan kepada Rasul-Nya, mereka mengatakan : "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami" mereka mencukupkan dengan teqlid kepada bapak-bapak mereka dan menolak beriman kepada para Nabi.padahal bapak-bapak mereka orang yang paling bodoh dan sesat. Ini merupakan syubhat untuk menolak kebenaran dan melemahkanya. ( Taisir karimir rohman fi tafsir kalamil manan ).

Dan dalam firman Allah lainnya:

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? Surat Luqman : 21

Syekh Dr. Sholeh Al-Fauzan ( Anggota dewan fatawa KSA)– Hafizhohullah- ketika menafsirkan ayat ini beliau berkata : Dan apabila dikatakan kepada orang-orang musyrik dan kafir “ Ikutilah apa yang diturunkan Allah Y “ yaitu Al-Qur’an tetapi mereka menjawab : ((Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka )) ya’ni setan itu menyeru bapak –bapak “ (( kedalam siksa api yang menyala-nyala)) apakah kalian akan mengikutinya ? yaitu mengikuti bapak-bapak kalian walaupun mereka pengikut setan dan tempat kembalinya kedalam neraka yang menyala-nyala? Seorang yang berakal dia senantiasa meneliti urusannya dan kepada siapa dia taqlid. Lihat Syarh Masa’il Jahiliyah hal : 57.

Katakanlah: "Sesungguhnya Aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; Kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. Surat Saba’: 46

Ibnu Katsir –Rohimahullah- berkata: Allah Y berfirman : katakana ya Muhammad ! kepada orang-orang kafir yang menyangkamu gila : (( Sesungguhnya Aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja)) yaitu aku memerintahkan kalian dengan satu hal saja ((supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; Kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu)) yaitu kamu tegak dan berdiri karena ikhlas kepada Allah Y tanpa hawa nafsu dan fanatik , lalu Ia bertanya kepada sebagian lainnya apakah Muhammad gila . lalu diantara mereka menasehati satu kepada lainnya ((Kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) )) yaitu seseorang melihat dirinya sendiri tentang perkara Rasulullah r , dan bertanya kepada selainnya tentang nya ( Muhammad ), kalau dia merasa ragu terhadapnya, dan berfikir tentangnya ,maka itulah Allah Ta’ala berfirman : yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; Kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu.)) inilah makna yang disebutkan oleh Mujahid , Muhammad Bin Ka’ab, Sudaiy , dan Qotadah serta selain mereka. Dan ini pulalah maksud dari ayat tersebut. Misbahul Munir Fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir karya kumpulan para ulama yang diketuai Syekh Shofiyurahman Mubarakfuri hal : 1121

Syekh Dr Sholeh Al-Fauzan- Hafizhohullah-( seorang ulama besar Saudi Arabia dan anggota fatwa) berkata : Diantara penyebab seseorang menyimpang dari aqidah yang benar adalah Taqlid Buta . lihat kitab tauhid jilid pertama hal 13.

Dalam fatawa lajnah daimah ( dewan fatawa kerajaan Saudi Arabia ) mengatakan :

Taqlidnya orang yang tidak mampu mencari dalil dan menyimpulkan hukum-hukum kepada seorang ulama yang memiliki kapasitas untuk berijtihad dalam menentukan dalil-dalil syar’I , maka ini dibolehkan, sebagimana firman Allah Ta’ala :

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuanjika kamu tidak mengetahui,”Surat An-Nahl : 43.

Adapun taqlid kepada seseorang yang menyelisihi syariat islam dari kalangan nenek moyang , orang terkemuka dan para hakim dengan cara fanatik ataupun mengikuti hawa nafsu maka ini diharamkan menurut ijma’ ulama. ( Lihat fatawa lajnah daimah jilid kelima hal : 30.

Oleh karena itulah seorang yang berakal tatkala mendengar perkataan manusia, hendaklah berusaha untuk dapat membedakan dan memeriksanya serta menimbang kesalahan dengan kebenaran , lalu menerima kebenaran dan meninggalkan yang salah tidak bersih keras berada didalam taqlid buta terus menerus padahal sudah datang kepadanya kebenaran.( lihat kitab syarh masail Jahiliyah karya syekh Dr Sholeh Al-Fauzan – Hafizhohullah- hal: 59.

Mudah-mudahan bermanfaat. Amiin

KEDUDUKAN SYAHADATAIN

Dua syahadat, syahadat Laa ilaaha illa Alloh dan syahadat Muhammad Rosululloh, memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam agama Islam. Laa ilaaha illa Alloh merupakan kalimat tauhid, sedangkan syahadat Muhammad Rosululloh meruipakan jalan dan prakteknya. Sehingga kedua syahadat ini tidak dapat dipisahkan. Jika disebut syahadat Laa ilaaha illa Alloh, maka ini mengharuskan syahadat Muhammad Rosululloh. Dan jika disebut syahadat Muhammad Rosululloh, maka ini mengandung syahadat Laa ilaaha illa Alloh.

Untuk mengetahui hal ini, di sini akan kami sampaikan beberapa keterangan yang menunjukkan tingginya nilai syahadatain.

Syahadatain Merupakan Jalan Ke Surga

Nabi Muhammad r bersabda:

((مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةُ))

“Barangsiapa bersyahadat (bersaksi) Laa ilaaha illa Alloh, dia pasti akan masuk sorga”. [Hadits Shohih Riwayat Al-Bazzar dari Ibnu ‘Umar. Lihat: Ash-Shohihah no: 2344; Shohihul Jami’ no: 6318]

Beliau r juga bersabda:

((مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ , حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ))

“Barangsiapa bersyahadat (bersaksi) Laa ilaaha illa Alloh, dan bahwa Muhammad adalah Rasul Alloh, niscaya Alloh haramkan neraka atasnya.” [Hadits Shohih Riwayat Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dari ‘Ubadah. Shohih Al-Jami’ush Shoghir, no: 6319]

Beliau r juga bersabda:

((مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةَ حَقٌّ وَالنَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ))

“Barangsiapa bersyahadat (bersaksi)

· Laa ilaaha illa Alloh, tidak ada sekutu bagiNya,

· dan bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya,

· dan bahwa Isa adalah hambaNya, RasulNya, dan kalimatNya yang Dia berikan kepada Maryam, serta ruh (ciptaan)Nya,

· dan bahwa sorga benar-benar ada,

· dan bahwa neraka benar-benar ada,

pasti Alloh akan memasukkannya ke dalam sorga sesuai dengan amalannya.” [Hadits Shohih Riwayat Bukhari, no: 3435; Muslim, no: 28; dari ‘Ubadah bin Ash-Shomit]

Al-Qodhi ‘Iyadh –semoga Alloh merahmatinya- berkata: “Apa yang tersebut di dalam hadits Ubadah, adalah khusus bagi orang yang mengucapkan apa yang telah disebutkan oleh Nabi r, dan dia menggabungkan pada syahadatain dengan hakekat iman dan tauhid yang telah tersebut di dalam hadits itu. Sehingga dia akan mendapatkan balasan yang akan memberatkan (kebaikannya) terhadap keburukan-keburukannya, dan menyebabkan ampunan dan rohmat baginya serta masuk sorga pada awal waktu”. [Kitab Fathul Majid, hlm: 42, karya: Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, penerbit: Dar Ibni Hazm]


Syahadatain Merupakan Rukun Islam Yang Pertama

Maka syahadatain merupakan kewajiban pertama dan terbesar atas hamba.

Nabi r bersabda:

((بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ))

Islam dibangun di atas lima (tiang): syahadat Laa ilaaha illa Alloh dan syahadat Muhammad Rosululloh; menegakkan sholat; membayar zakat; haji; dan puasa Romadhon. [Hadits Shohih Riwayat Bukhori, no: 8; Muslim, no: 16; dll]

Imam Ibnu Rojab Al-Hambali (wafat tahun 795 H) berkata: “Maksud hadits ini adalah menggambarkan Islam sebagai bangunan, tiang-tiangnya adalah lima ini. Maka Islam tidak akan beridiri tanpa lima ini. Adapun bagian-bagian Islam lainnya (selain lima ini), merupakan pelengkap bangunan. Jika ada di antara bagiannya tidak ada, maka bangunan itu kurang, dan masih tegak, tidak roboh dengan sebab berkurangnya bagian itu. Berbeda dengan robohnya lima tiang ini. Karena sesungguhnya Islam akan hilang dengan tiadanya lima tiang semuanya, tanpa keraguan. Demikian juga, Islam hilang dengan ketiadaan syahadatain”. [Kitab Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, juz: 1, hlm: 145; tahqiq: Syakh Syu’aib Al-Arnauth dan Syaikh Ibrohim Bajis]

Syahadatain Merupakan Pintu Gerbang Menuju Islam

Ketika Nabi r mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:

((إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ أَنْ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ))

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka jadikanlah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah syahadat Laa ilaaha illa Alloh”. [Hadits Riwayat Bukhari no: 4347; Muslim no: (29)(30)]

Oleh karena itulah, tanpa syahadatain, Islam tidak ada.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat th: 728 H) berkata: “Tiap-tiap orang kafir (wajib) diajak kepada syahadatain, baik orang kafir itu adalah seorang mu’aththil (orang yang tidak percaya adanya Alloh), atau musyrik (orang yang menyekutukan Alloh), atau Kitabi (orang Yahudi atau Nashrani). Dengan syahadatain itulah orang kafir menjadi orang Islam, dan dia tidak menjadi orang Islam kecuali dengan itu”. [Dar’ut Ta’arudh, juz: 8, hlm: 7]

Tauhid Adalah Sebab Disyari’atkannya Jihad

Alloh I berfirman:

{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ ِللَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِينَ}

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah (syirik) lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Alloh belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zholim. [QS. Al-Baqoroh (2): 193]

Arti fitnah dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana pendapat para ahli tafsir yang disebutkan oleh imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya.

Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di –rohimahulloh – berkata di dalam Tafsirnya pada ayat ini: “Alloh I menyebutkan maksud peperangan di jalanNya, yaitu bahwa maksudnya bukanlah untuk menumpahkan darah orang-orang kafir dan mengambil harta mereka. Tetapi maksudnya agar agama itu hanya untuk Alloh belaka, sehingga agama Alloh menjadi menang di atas agama-agama lainnya, dan untuk menolak perkara-perkara yang bertentangan dengan agama, seperti syirik dan lainnya, inilah yang dimaksud dengan fitnah. Maka jika maksud ini telah tercapai, tidak ada lagi pembunuhan dan peperangan.” [Kitab Taisir Karimir Rahman Fi Tafsir Kalamil Mannan, surat Al-Baqoroh, ayat: 193]

Rosululloh r juga menjelaskan tujuan jihad dalam Islam dengan sabda beliau:

((أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ))

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat (bersaksi) Laa ilaaha illa Alloh dan Muhammad Rosululloh, menegakkan sholat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukannya, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka di sisi Alloh.” [Hadits Shohih Riwayat Bukhari, no: 25; Muslim, no: 22; dan lainnya, dari Ibnu Umar]

Setelah kita mengetahui keutamaan dan kedudukan syahadatain yang sangat tinggi ini, maka kita wajib mengerahkan segenap kemampuan untuk memahami dengan sebenar-benarnya masalah syahadat ini. Hanya Alloh tempat mohon pertolongan. Al-hamdulillah robbil ‘alamin.


AQIDAH DAN URGENSINYA

Manusia lahir di dunia ini, tidaklah dibiarkan begitu saja oleh Penciptanya. Bahkan Alloh I meberikan rizqi dan berbagai kebutuhan hidupnya. Demikian juga Dia memberikan petunjuk-Nya dengan mengutus Rosul dan menurunkan kitab suci. Barangsiapa mengikuti petunjuk Alloh, merekalah orang-orang yang berbahagia. Sebaliknya barangsiapa berpaling, maka mereka pasti celaka. Alloh berfirman:

فَإِمَّ يَأْتِيَنَّكُم مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى (123) وَ مَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةُ ضَنكًا وَ نَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قاَلَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيراً (125) قاَلَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَ كَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126)

Maka jika datang kepadamu (manusia) petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, “Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku seorang yang melihat.” Alloh berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan.” (QS. Thoha: 123-126)

Dan setiap Rosul yang diutus oleh Alloh I membawa bukti-bukti nyata sebagai argumen kebenaran risalah yang dibawanya.

Oleh karena itu, kita wajib mengenal agama Alloh, agama Islam yang haq ini dengan baik. Karena dengan mengenal dan mengamalkan agama Alloh tersebut, kita akan mendapatkan kesuksesan hakiki di dunia dan di akhirat.

Secara umum agam Islam ini tediri dari aqidah (keyakinan) dan ahkaam (hokum-hukum). Dan kita wajib untuk melaksanakan Islam secara keseluruhan sesuai dengan kemampuan kita. Demikian juga seluruh ajaran Islam adalah penting, namun nilai pentingnya berbeda-beda. Dan aqidah merupakan bagian terpenting dari ajaran Islam. Oleh karena itulah, pertama kali kita harus memahami aqidah dengan baik dan benar.

Makna Aqidah Secara Bahasa dan Istilah:

Aqidah berasal dari kata al-‘aqd, artinya: tekad yang kuat; mengokohkan ikatan; apa yang diyakini seseorang, baik yang haq atau batil; dan lainnya.

Sedangkan secara istilah, aqidah artinya: keyakinan kuat dengan tanpa keraguan.

Aqidah Islam:

Sedangkan aqidah Islam adalah keimanan kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, serta beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dan perkara lainnya yang diberitakan oleh Alloh di dalam Al-Qur’an dan oleh Rosul-Nya r di dalam hadits-hadits yang shahih. Semuanya itu wajib diyakini dengan tanpa keraguan.

Urgensi (Nilai Penting) Aqidah.

Sangat banyak sekali keutamaan aqidah yang benar, aqidah Islam ini. Di antara urgensi aqidah Islam yang terbesar adalah bahwa aqidah yang benar merupakan fondasi agama Islam ini, dan amal kebaikan apapun tidak sah tanpa dilandasi aqidah yang benar. Dengarlah firman Alloh I yang mensyaratkan keimanan untuk balasan terhadap amal shalih:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَ لَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-nahl: 97)

Oleh karena itulah, amalan-amalan orang-orang yang aqidahnya rusak, tidak ada nilainya di sisi Alloh I. Alloh berfirman tentang amalan orang kafir.

مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمِ عَاصِفٍ لاَ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ

Orang-orang yang kafir kepada Robbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrohim: 18)

Alloh berfirman tentang amalan orang musyrik:

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنفُسِهِم بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَ فِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Alloh, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka itu kekal di dalam neraka. (QS. At-taubah: 17)

Alloh berfirman tentang amalan orang munafik:

قُلْ أَنفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا لَّن يُّتَقَبَّلَ مِنكُمْ إِنَّكُمْ كُنتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ (53) وَ مَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلآَّ أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَ بِرَسُولِهِ وَلاَ يَأْتُونَ الصَّلاَةَ إِلاَّ وَهُمْ كُسَالَى وَلاَ يُنفِقُونَ إِلاَّ وَهُمْ كَارِهُونَ

Katakanlah: “Nafkahkanlah hartamu baik dengan sukarela ataupun dengan tepaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik.” Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena kafir kepada Alloh dan Rosul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sholat melainkan dengan malas, dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (QS. At-taubah: 53-54)

Alloh berfirman tentang amalan orang murtad (keluar dari agama Islam):

وَ مَن يَّرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-baqoroh: 217)

Inilah di antara nilai penting aqidah Islam, semoga menggugah hati kita untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kita. Semoga Alloh selalu membimbing kita di atas jalan yang dicintai dan di ridhoi.

KEWAJIBAN PERTAMA

Sesungguhnya Alloh telah menciptakan manusia, dari tidak ada menjadi hidup di dunia ini. Alloh juga telah memberikan rejeki dan berbagai keperluan hidup manusia selama di dunia ini. Dia juga memberikan akal dan naluri, yang dengannya -secara global- manusia dapat membedakan apa-apa yang bermanfaat baginya dan yang membahayakannya.

Alloh menjadikan manusia dapat mendengar, melihat, berfikir, berbicara, dan berusaha. Sesungguhnya itu semua sebagai sarana-sarana ujian, apakah manusia akan bersyukur kepada Penciptanya, beribadah kepadaNya semata, taat dan tunduk terhadap syari’atNya, ataukah mengingkari kenikmatan dan menentang terhadap agamaNya.

Alloh berfirman:

{هَلْ أَتَى عَلَى الإِنسَانِ حِيٌن مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا(1) إِنَّا خَلَقْنَا اْلإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا(2) إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا}

Bukankah telah datang pada manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. [QS. Al-Insan (76): 1-3]

Oleh karena itulah, manusia wajib mengetahui apakah kewajiban pertama kali yang harus dia lakukan.

DUA SYAHADAT KEWAJIBAN PERTAMA HAMBA

Sesungguhnya banyak dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah yang menunjukkan bahwa kewajiban pertama manusia adalah dua syahadat, syahadat Laa ilaaha illa Alloh dan syahadat Muhammad Rosululloh. Inilah yang disebut dengan tauhid.

Tauhid adalah perintah Allah yang pertama kali, sehingga merupakan kewajiban pertama kali yang harus ditunaikan dan jalan pertama kali yang harus ditempuh seorang hamba. Sebaliknya, lawan tauhid, yaitu syirik merupakan larangan pertama kali.

Kita dapati fi’il amr (kata perintah) pertama kali di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, yaitu:

{يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21)}

Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. [QS. Al-Baqoroh (2): 21]

Imam Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: “Oleh karena inilah, yang benar bahwa kewajiban pertama kali atas seorang mukallaf adalah syahadat Laa ilaaha illah Allah, sehingga tauhid merupakan kewajiban pertama kali dan kewajiban terakhir kali, sebagaimana Nabi r bersabda:

((مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ))

“Barangsiapa akhir perkataannya Laa ilaaha illa Allah, niscaya dia masuk sorga.” [Hadits Shohih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim, dari Mu’adz bin Jabal. Lihat Shohih Al-Jami’ush Shaghir, no: 6479. Lihat kitab Minhatul Ilahiyah Fi Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 45]

Oleh karena itulah, jalan dakwah yang digariskan oleh Nabi Muhammad r kepada para sahabatnya adalah memulai dengan tauhid, syahadatain.

Nabi r bersabda kepada Muadz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman:

((إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ أَنْ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ فَإِنْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ))

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka jadikanlah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah syahadat Laa ilaaha illa Allah. Jika mereka telah mentaatimu tentang hal itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan lima kali shalat sehari semalam kepada mereka.

Jika mereka telah mentaatimu tentang hal itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada mereka. Zakat itu diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin mereka”. [Hadits Shohih Riwayat Bukhari no: 4347; Muslim no: (29)(30)]

Dan dalil lain tentang hal ini adalah: bahwa syahadatain merupakan rukun Islam yang pertama, sehingga otomatis merupakan kewajiban yang pertama. Nabi r bersabda:

((بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ))

Islam dibangun di atas lima (tiang): syahadat Laa ilaaha illa Alloh dan syahadat Muhammad Rosululloh; menegakkan sholat; membayar zakat; haji; dan puasa Romadhon. [Hadits Shohih Riwayat Bukhori, no: 8; Muslim, no: 16; dll]

Imam Ibnul Mundzir berkata: “Setiap ulama yang aku menghafal ilmu darinya telah sepakat: bahwa jika seorang kafir mengatakan: Asy-hadu an laa ilaaha illa Alloh wa asy-hadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluhu (Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Alloh, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Alloh dan utusanNya), dan bahwa yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah haq (benar), dan aku berlepas diri kepada Alloh dari seluruh agama yang menyelisihi agama Islam, -ketika mengatakannya itu dia sudah dewasa, sehat dan berakal- maka dia seorang muslim. Jika setelah itu dia kembali (kafir), yaitu menampakkan kekafiran, maka dia menjadi orang murtad”. [Al-Ijma’, hlm: 154; dinukil dari kitab Mauqif Ibni Taimiyah minal Asya’iroh, juz: 3, hlm: 940; karya: Dr. Abdurrohman bin Sholih bin Sholih Al-Mahmud]

ANGGAPAN SALAH

Setelah kita mengetahui penjelasan di atas, maka kita akan mengetahui kesalahan pendapat-pendapat manusia tentang kewajiban pertama atas manusia.

Sebagian orang beranggapan bahwa kewajiban manusia pertama kali adalah “berfikir dengan benar, sehingga membawa kepada pengetahuan tentang barunya alam semesta”.

Sebagian orang beranggapan bahwa kewajiban manusia pertama kali adalah “niat berfikir dengan benar”.

Sebagian orang beranggapan bahwa kewajiban manusia pertama kali adalah “ragu-ragu”.

Sebagian orang beranggapan bahwa kewajiban manusia pertama kali adalah “mengenal adanya Alloh”.

Semua pendapat di atas kesimpulannya adalah bahwa kewajiban pertama manusia adalah berfikir sehingga meyakini bahwa dunia ini ada yang menciptakan, yaitu Alloh I.

Ini merupakan kesalahan besar! Karena sesungguhnya fithroh manusia telah mengenal adanya Alloh. Oleh karena itulah para Nabi dan Rosul mengatakan kepada umat mereka:

{قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ}

Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” [QS. Ibrohim (14):10]

Demikian juga bahwa semata-mata mengakui adanya Alloh tidaklah menjadikan orang itu beriman atau Islam, karena orang-orang musyrik jahiliyah juga meyakini adanya Alloh. Hal itu disebutkan dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an.

Inilah mudah-mudahan bermanfaat. Semoga Alloh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus.

 

Design by Free Islamic Blogger Template for Pancaran Cahaya Sunnah: Juli 2008